Sunday 28 May 2017

Makalah dan asuhan keperawatan retardasi mental

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting.
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.
Berdasarkan uraian diatas kami selaku mahasiswa keperawatan tertarik untuk membuat makalah mengenai Retardasi Mental
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental ?
3. Bagaimana patofisiologi dari retardasi mental ?
4. Apa tanda dan gejala dari retardasi mental ?
5. Bagaimana klasifikasi retardasi mental?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dari retardasi mental ?





1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari retardasi mental.
2. Mengetahui penyebab retardasi mental.
3. Mengetahui patofisiologi dari retardasi mental
4. Mengetahui tanda dan gejala retardasi mental
5. Mengetahui klasifikasi retardasi mental
6. Mengetahui asuhan keperawatan dari retardasi mental

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pembaca
Agar pembaca dapat mengetahui tentang pengertian dari apa itu retradasi mental.
1.4.2 Bagi Penulis
Untuk mengembangkan  ilmu  pengetahuan dalam  memahami konsep yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari retardasi mental, mengenal macam-macam pembagian mengenai retardasi mental, gejala yang mucul pada retardasi mental, penegakkan diagnosis nya dan prognosis pada retardasi mental serta penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO).
American Association on Mental Deficiency (AAMD)membuat definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan  dengan gangguan adaptasi sosial.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fasepranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan
2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
5. Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
1. Penyebab Pranatal
1. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolism asam amino yaitu Phenyl KetonUria (PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofiaokulorenal Lowe, hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolism lemak yaitu degenerasi serebromakuler dan lekoen sefalopati progresif. Gangguan metabolism karbohidrat yaitu galak tosemia dan glycogen storabe disease.
2. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul di bawah persen kehamilan, kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome, atau trisomy 21.Manusia normal memiliki 46 kromosom (23 pasang). Orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
3. Infeksi maternal selama kehamilan
Yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal. Penyakit Rubella congenital juga dapat menyebabkan defisit mental.
4. Komplikasi kehamilan
Meliputi toksemiagravi darum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak terkontrol, malnutrisi,  anoksia janin akibat plasenta previa dan solute oplasenta serta pengguna ansitostatika selama hamil.
2. Penyebab Perinatal
1. Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkanmeningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami kerusakanotak, sehingga akandidapatkan lebih banyak anak dengan retardasi mental.
2. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secaraspontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
- Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak.
- Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
3. Penyebab Postnatal
1. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
2. Trauma fisik
3. Kejang lama
4. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
2.3 PATOFISIOLOGI
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa, kemampuan / ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

























WOC

2.4 TANDA DAN GEJALA
Orang yang mengalami retardasi mentak memiliki tanda sebagai berikut:
1. Adanya keterlambatan dalam tahapan perkembangan
2. Adanya kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi
3. Tidak mampu memahami atau melaksanakan istruksi
4. Adanya perilaku seksual yang tidak sesuai (pada anak remaja)
5. Adanya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (orang dewasa)
6. Adanya kesulitan dalam adaptasi sosial (orang dewasa)
2.5 KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental  Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya.  Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruhkasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukunganpelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan“self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.

2. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down ), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
3. Pemeriksaan fisik
1. Kepala: Mikro / makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)
2. Rambut: Pusar ganda, rambut jarang / tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
3. Mata: mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4. Hidung: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
5. Mulut: bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar / melengkung tinggi
6. Geligi: odontogenesis yang tdk normal
7. Telinga: keduanya letak rendah; dll
8. Muka: panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9. Leher: pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
10. Tangan: jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13. Kaki: jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu:
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
8. Serum seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organik
12. Plasma ammonia
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
14. Urin mukopolisakarida
5. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds :
1.  Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami keterlambatan dalam berfikir,
2.  Ketidakmampuan untuk berbicara secara normal.


Do :
1.  Kapala anak terlihat lebih besar atau lebih kecil
Adanya perubahan fisiologis pada anak.






Perubahan proses berfikir.
2 Ds :
1.  Keluarga pasien mengatakan anaknya sering bermain pisau
Do :
1.  Terdapat banyak luka sayatan kecil di tangan
Adanya kerusakan kulit/tidak utuh,
Resiko cedera

6. Diagnosa
1. Perubahan proses berfikir
2. Resiko Cedera

7. Rencana  Asuhan Keperawatan  (Nurse Care Planing / NCP)
No Diagnosa keperawatan Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan proses berfikir Agar proses berfiki kognitif dapat teratasi.
1. Mempertahankan atau melakukan kembali orientasi mental dan realisasi biasanya. Bina hubungan saling percaya dengan :
- Beri salam setiap interaksi
- Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
- Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
- Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi


     Kaji rentang perhatian, kebingungan, dan catat tingkat ansitasnya.

-   Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negative, argumentasi, dan konfrontasi.

  Kaji jenis permainan yang disukai pasien
-    Rentang perhatian/kemampuan untuk berkonsentrasi mungkin memendek secara tajam yang menyebabkan dan merupakan potensi terjadinya asientas yang mempengaruhi proses fikir pasien.
-    -    menurunkan resiko terjadinya peningkatan emosianal pada anak.
-    asientas dapat mengakibatkan kehilangan control dan meningkatkan kepanikan.
-   Untuk membantu perkembangan proses pikir pasien melalui permainan yang disukai

2 Resiko Cedera Tidak terjadi cedera pada pasien
1. Pasien mampu bersikap tenang dan tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan cedera fisik.
Bina hubungan saling percaya dengan :
- Beri salam setiap interaksi
- Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
- Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
- Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

Kaji kegiatan pasien yang dapat menimbulkan terjadinya cedera fisik

Ajarkan pasien untuk tidak melakukan sesuatu yang menimbulkan cedera fisik Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya cedera fisik

2. untuk memberikan pemahaman kepada pasien agar tidak mencederai diri


7. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Tindakan Perawatan Untuk Pasien Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
1 Perubahan proses berfikir SP I
1. Melakukan Bina hubungan saling percaya

2. Mengkaji rentang perhatian, kebingungan, dan catat tingkat ansitasnya

3. Mengurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negative, argumentasi, dan konfrontasi.

4. Mengajarkan pasien permainan yang disukai


SP II
1.  Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Mengajak pasien untuk bermain permainan yang lain


SP I
1. Mengajarkan kepada keluarga untuk menguragi stimulus yang merangsang, kritik yang negative, argumentasi, dan konfrontasi.

2. Mendiskusikan dengan keluarga cara-cara untuk memberikan permainan yang dapat membantu proses berfikir pasien





SP II
1. Mengajarkan kepada keluarga untuk mengganti permainan pasien
2 Resiko cedera SP I
1. Melakukan Bina hubungan saling percaya

2. Mengkaji kegiatan pasien yang dapat menimbulkan resiko cedera

3. Mengajarkan pasien untuk tidak melakukan berbagai jenis kegiatan
SP I
1. Menjelaskan kepada keluarga factor-faktor yang dapat menimbulkan resiko cedera

2. Menganjurkan Keluarga untuk selalu mengawasi kegiatan pasien

8. EVALUASI
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan retardasi mental yaitu:
1. Pasien mampu menyelesaikan berbagai macam permainan
2. Pasien mampu bersikap tenang dan tidak melakukan tindakan yang dapat   menimbulkan cedera fisik








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
3.2 Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA
Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.”  Terdapat pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.



No comments:

Post a Comment