LAPORAN
PENDAHULUAN
HALUSINASI
A.
Konsep Dasar Teori
1.
Pengertian
Halusinasi
adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Hawari, Dadang. 2001).
Halusinasi
adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien
yang terjadi dalam keadaan sadar / terbangun, dasarnya fungsional psikotik
maupun histerik (Maramis, 2004).
Halusinasi
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah
atau pola rangsang yang mendekati (baik yang dimulai secara eksternal maupun
internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau
kerusakan rangsangan tertentu (Toesend, 1998).
Halusinasi
adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan
sumber dari luar meliputi semua sistem panca indera.
2.
Tanda
dan Gejala
Menurut
Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut :
a.
Berbicara, senyum dan
tertawa sendiri
b.
Mengatakan mendengar
suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
c.
Menggerakan bibir tanpa
suara
d.
Pergerakan mata cepat
e.
Respon vebal lambat
f.
Menarik diri dari orang
lain
g.
Berusaha untuk
menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan orang lain
h.
Merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
i.
Tidak dapat membedakan
hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
j.
Tidak mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri seperti mandi, sikat gigi, memakai pakaian dan
berias dengan rapi
k.
Sikap curiga,
bermusuhan, menarik diri sulit membuat keputusan ketakutan, mudah tersinggung,
jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk
akal dan banyak keringat
l.
Perhatian dengan
lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
m. Tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat
n.
Biasa terdapat
orientasi waktu, tempat dan orang
Sedangkan
menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang
yang, mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas
yaitu :
a.
Menyeringai atau
tertawa yang tidak sesuai
b.
Menggerakan bibir tanpa
menimbulkan suara
c.
Gerakan mata abnormal
d.
Respon verbal yang
lambat
e.
Diam
f.
Bertindak seolah-olah
dipenuhi sesuatu yang menyakitkan
g.
Peningkatan sistem
saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya, peningkatan nadi, pernafasan
dan tekanan darah
h.
Penyempitan kemampuan
konsentrasi
i.
Dipenuhi dengan
pengalaman sensori
j.
Mengkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas
k.
Lebih cenderung
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolaknya.
l.
Menarik diri atau
katatonik
m. Rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik
n.
Tremor
o.
Perilaku menyerang
teror atau panik
p.
Sangat potensial
melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
q.
Kegiatan fisik yang
mereflesikan isi halusinasi seperti amuk atau agitasi
r.
Tidak mampu berespon
terhadap petunjuk yang kompleks
s.
Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu orang
3.
Jenis-Jenis
Halusinasi
Menurut
Stuart 2007 jenis halusinasi terdiri dari:
a.
Halusinasi pendengaran
Yaitu klien mendengar
suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata /
lingkungan dengan kata lain orang yang berada disekitar klien tidak mendengar
suara / bunyi yang didengar klien.
b.
Halusinasi penglihatan
Yaitu klien melihat
gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang nyata dari
lingkungan, stimulus dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
c.
Halusinasi penciuman
Yaitu klien mencium
sesuatu yang bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata.
d.
Halusinasi pengecapan
Yaitu klien merasa
merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa yang tidak enak.
e.
Halusinasi perabaan
Yaitu klien merasakan
sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
f.
Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah dari vena dan arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g.
Kinistetik
Merasakan gerakan
sementara berdiri tegak.
h.
Halusinasi seksual, ini
termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba
dan diperkosa, sering pada skizoprenia dengan waham kebesaran terutama menjadi
organ-organ.
i.
Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan
tertentu pada tubuhnya.
4.
Tahapan
Halusinasi
Tahapan
terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia (2001) dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :
a.
Fase I
Klien
mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah serta
mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Disini kliuen tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Jika kecemasan
datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun
intensitas persepsi meningkat.
b.
Fase II
Pengalaman
sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba
untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsi. Disini terjadi
peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital. Asyik dengan pengalaman sensori danb kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita. Ansietas meningkat dan berhubungan
dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat
listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara
dan sensori dan halusionasinya dapat berupa bisikan yang jelas, klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c.
Fase III
Klien
menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi
tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang
lain.
Halusinasi
lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan
tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasi tersebut memberi
kesenangan dan rasa aman sementara.
d.
Fase IV
Pengalaman
sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat membahayakan. Klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien
hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan
selamanya.
Pohon Masalah
Risiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan ....
etiologi
Isolasi sosial : menarik diri ...... etiologi
Gangguan
konsep diri: harga diri rendah
Level
|
Characteristic
|
Observable
Patien behaviora
|
I
: comporting
Cemas
sedang
Halusinasi
merupakan kesenangan
|
Non
psikotik
Merasa
cemas, kesepian, bersedih, sehingga mencoba berfikir hal-hal yang
menyenangkan
Halusinasi
masih dapat dikontrol
|
Tersenyum
/ tertawa sendiri, bicara tanpa suara, pergerakan mata cepat, bicara pelan,
diam dan asyik sendiri.
|
II
: comdemning
Cemas
berat
Halusinasi
menjadi repulsif
|
Non
psikotik
Pengalaman
sensori menjadi menakutkan, klien merasa hilang kontrol dan merasa dilecehkan
oleh pengalaman sensori tersebut serta menarik diri dari orang lain.
|
Peningkatan
aktivitas saraf otonom : peningkatan TTV
Perhatian
terhadap lingkungan menyempit dan tidak dapat membedakan halusinasi dengan
realita
|
III
: controlling
Cemas
berat
Halusinasi
tidak dapat ditolak
|
Psikotik
Klien
menyerah terhadap halusinasinya
Halusinasi
menjadi lebih mengancam dan klien merasa kehilangan jika halusinasinya
berakhir
|
Mengikuti
perintah halusinasinya
Sulit
berhubungan dengan orang lain
Perhatian
terhadap lingkungan hanya beberapa detik / menit
Gejala
fisik cemas berat seperti berkeringat, tremor, tidak dapat mengikuti
perintah.
|
IV
: conquering
Panik
Klien
dikuasai oleh halusinasi
|
Psikotik
Pengalaman
sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika klien tidak mengikuti
perintahnya
Halusinasi
dapat bertahan berjam-jam / berhari-hari jika tidak segera di intervensi
|
Perilaku
panik
Resti
mencederai diri sendiri / orang lain
Aktivitas
menggambarkan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, gelisah, isolasi
sosial, atau katatonia
|
B.
Rentang
Respon (Stuart dan Lardia, 2001)
Respon Respon Adaptif Maladaptif
·
Pikiran Logis
·
Persepsi akurat
·
Emosi konsisten
dengan pengalaman
·
Perilaku sesuai
·
Hubungan sosial
|
·
Pikiran kadang
menyimpang
·
Ilusi
·
Reaksi emosional
berlenihan atau kurang
·
Perilaku ganjil atau
tak lazim
·
Menarik diri
|
·
Kelainan pikiran /
delusi
·
Halusinasi
·
Ketidakmampuan untuk
mengalami emosi
·
Ketidakteraturan
·
Isolasi sosial
|
§
Pikiran logis yaitu ide
yang berjalan secara logis dan koheren
§ Persepsi
akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada
didalam maupun diluar dirinya
§ Emosi
konsisten dengan pengalaman yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
§ Perilaku
sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang berlaku
§ Hubungan
sosial harmonis : hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu
dalam bentuk kerjasama
§ Proses
pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indera yang
memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak, kemudian diinterpretasi
sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
§ Emosi
belebihan atau kurang : manifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau
kurang
§ Perilaku
tidak sesuai atau biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum
yang berlaku
§ Perilaku
aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum
yang berlaku
§ Menarik
diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain
Halusinasi
merupakan respon persepsi yang paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya
akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera, sedangkan klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tidak
ada.
C.
Faktor
Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas
otak dapat menyebabkan respon neuro biologik yang maladptif, misal adanya lesi
pada area frontal, temporal dan limbik yang paling berhubungan dengan munculnya
perilaku psikotik. Perubahan-perubahan kimia di otak juga dapat dikaitkan
dengan skizoprenia seperti kelebihan neurotransmiter dopamin, ketidakseimbangan
dopamin dengan neurotransmiter lain dan masalah pada reseptor.
2. Psikologis
Selama
lebih dari 20 tahun skizoprenia diyakini sebagai penyakit yang dapat disebabkan
oleh keluarga dan sebagian oleh karakter individu itu sendiri. Ibu yang selalu
cemas, over protektif, dingin dan tidak berperasaan ayah yang tidak dekat
dengan anaknya atau terlalu memanjakan, konflik pernikahan juga dapat
menyebabkan gangguan ini.
Skizoprenia
juga dipandang sebagai kaegagalan membangun tahap awal perkembangan
psikososial. Skizoprenia dipandang sebagsi contoh paling berat dari
ketidakmampuan mengatasi stress. Gangguan identitas, ketidakmampuan untuk
mengontrol insting-insting dasar diduga sebagai teori kunci dari skizoprenia.
3. Sosial
budaya
Beberapa
ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakmampuan sosial budaya dapat
menyebabkan skizoprenia. Ilmuan lain menyatakan bahwa skizoprenia di sebabkan
terisolasi dikota atau segera tempat tinggalnya. Walaupun stress yang terakumulasi
berhubungan dengan faktor lingungan berkontribusi untuk munculnya skizoprenia
dan untuk kekambuhannya, penemuan neurobiologis mengembangkan proses terjadinya
gangguan psikotik ini.
D.
Faktor
Presipitasi
Faktor
sosial budaya : teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif misalnya lingkungan yang penuh
kritik (rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau
kehilangan harga diri, kerusakan dalam hubungan interpersonal, kesepian,
tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stress yang
menumpuk dapat menunjang terhadapa terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak
diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
E.
Mekanisme
koping (Stuart dan Sundeen, 1998)
1. Regresi
: merupakan upaya klien untuk menanggulangi ansietas
2. Proyeksi
: sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi mengalihkan tangguang
jawab
3. Menarik
diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
F.
Proses
terjadinya masalah
Klien
yang mengalkami halusinasi dapoat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika
halusinasi sudah sampai pada fase keempat, dimana klien mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Masalah yang mnenyebabkan
halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat rendah diri dan
kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan
(Keliat, 2006).
G.
Masalah
keperawatan dan data fokus pengkajian
1. Perilaku
kekerasan : resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Halusinasi
3. Isolasi
sosial : menarik diri
Data Fokus Pengkajian
No
|
Masalah keperawatan
|
Data mayor
|
Data minor
|
1
|
Resiko
perilaku kekerasan
|
Ds:
Klien
mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar tau mengacak-ngacak lingkungannya, mengancam, mengumpat dan
berbicara keras dan kasar
Do:
§ Agitasi
§ Meninju
§ Membanting
§ Melempar
§ Ada
tanda / jejas
§ Perilaku
kekerasan pada anggota tubuh
|
Ds
:
§ Mengatakan
ada yang mengejek
§ Mendengar
suara yang menjengkelkan
§ Merasa
orang lain mengancam dirinya
Do :
§ Menjauh
dari orang lain
§ Katatonia
§ Mendengar
suara-suara
§ Merasa
orang lain mengancam
|
2
|
Halusinasi
|
Ds:
Klien
mengatakan mendengar suara bisikan / melihat bayangan
Do:
§ Bicara
sendiri
§ Tertawa
sendiri
§ Marah
tanpa sebab
|
Ds:
Klien
mengatakan kesal dan klien juga mengatakan senang mendengar suara-suara
Do:
§ Menyendiri
§ Melamun
|
3
|
Isolasi
sosial : menarik diri
|
Ds:
Klien
mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain, juga mengatakan orang lain
tidak mau menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel
Do:
§ Menyendiri
§ Mengurung
diri
§ Tidak
mau bercakap-cakap dengan orang lain
|
Ds:
Curiga
dengan orang lain, mendengar suara / melihat bayangan, merasa tidak berguna
Do:
§ Mematung
§ Mondar-mandir
tanpa arah
§ Tidak
berinisiatif berhubungan dengan orang lain
|
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
|
|||
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Halusinasi
|
Pasien
mampu :
·
Mengenali halusinasi
yang dialaminya
·
Mengontrol
halusinasinya
·
Mengikuti program
pengobatan
|
Setelah
....x pertemuan, pasien dapat menyebutkan :
·
Isi, waktu frekuensi,
situasi pencetus, perasaan
·
Mampu memperagakan
cara dalam mengontrol halusinasi
|
Sp
1
·
Bantu pasien mengenal
halusinasi (isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi
halusinasi)
·
Latih mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik :
ü Jelaskan
cara menghardik halusinasi
ü Peragakan
cara menghardik
ü Minta
pasien memperagakan ulang
ü Pantau
cara penerapan cara ini, beri pengetahuan perilaku pasien
·
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
|
Pasien
tidak mengetahui apa yang didalamnya saat ini, jadi perawat membantu pasien
mengenalkan tentang apa yang sedang ia alami sehingga pasien mengerti dengan
keadaannya. Cara yang diajarkan perawat ialah dengan menghardik suara-suara
itu cepat hilang.
|
|
Setelah
...x pertemuan, pasien mampu :
·
Menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan
·
Memperagakan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
|
Sp
2
·
Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp1)
·
Latih berbicara /
bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
·
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
|
Klien
mampu memperlihatkan perkembangannya dengan cara latih berbicara dengan orang
lain sehingga menghilangkan halusinasinya dan untuk pendokumentasian
|
|
|
|
Setelah
...x pertemuan, pasien mampu :
·
Menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan
·
Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari dan mampu memperagakannya
|
Sp
3
·
Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp1 dan Sp 2)
·
Latih kegiatan agar
halusinasi tidak muncul
·
Tahapannya :
ü Jelaskan
aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
ü Diskusikan
aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
ü Latih
pasien menentukan aktivitas
ü Susun
jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari
bangun sampai tisur malam)
ü Pantau
pelaksanaan jadal kegiatan, berikan penguat terhadap perilaku pasien yang
positif
|
Kegiatan
yang lalu dapat memperlihatkan perkembangan pasien, memaksimalkan aktivitas
dapat meringankan gejala halusinasi dan membantu pasien agar tidak terjadi
halusinasi yang berkelanjutan
|
|
|
Setelah
...x pertemuan, pasien mampu :
·
Menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan
·
Menyebutkan manfaat
dari program pengobatan
|
Sp
4
·
Evaluasi kegiatan yang
lalu (Sp1 dan Sp 2 dan Sp 3)
·
Tanyakan program
pengobatan
·
Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada gangguan jiwa
·
Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sebagai program
·
Jelaskan akibat bila
putus obat
·
Jelaskan cara
mendapatkan obat / berobat
·
Latih pasien minum
obat
·
Masukan dlam jadwal
harian pasien
|
Kegiatan
yang lalu dapat memperlihatkan perkembangan pasien. Mengkaji tingkat
kesadaran pasien , mendorong agar pasien mau minum obat yang telah diresepkan
dan menjelaskan sesuatu akan membuat pasien lebih percaya tebuka, mendorong
paisen mampu meminum obat dan
menjalankan peratawan sehari-hari, pasien mampu meminum obat sendiri tanpa
ditemani perawat dan untuk pendokumentasian
|
|
Keluarga
mampu:
Merawat
pasien dirumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
|
Setelah
...x pertemuan keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi
|
Sp1
·
Identifikasi maslah
keluarga dalam merawat pasien
·
Jelskan tentang
halusinasi:
ü Pengertian
halusinasi
ü Jenis
halusinasi yang dialami pasien
ü Tanda
dan gejala halusinasi
ü Cara
merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat & pemberian
aktivitas kepada pasien)
·
Sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau
·
Bermain peran cara
merawat
·
Rencana tidak lanjut
keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien
|
Mengkaji
maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien halusinasi, dapat
memberikan pemahaman pada keluarga tentang halusinasi sehingga keluarga mampu
menghadapi pasien saat terjadi halusinasi
|
|
|
Setelah
...x pertemuan keluarga mampu menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakukan,
memperagakan cara merawat pasien
|
Sp
2
·
Evaluasi kemampuan
keluarga (Sp1)
·
Latih keluarga
merawat pasien
·
RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat pasien
|
Mengkaji
kemampuan keluarga dalam merawat pasien, latihan akan membiasakan diri
meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
|
|
|
Setelah
...x pertemuan keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan,
memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat RTL
|
Sp
3
·
Evaluasi kemampuan
keluarga (Sp 2)
·
Latih keluarga
merawat pasien
·
RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat pasien
|
Meningkatkan
kemampuan keluarga merawat pasien secara mandiri
|
|
|
|
Sp
4
·
Evaluasi kemampuan
keluarga
·
Evaluasi kemampuan
pasien
·
RTL keluarga :
ü Follow
up
ü rujukan
|
Mengkaji
sejauh mana kemajuan kemampuan keluarga dan pasien dalam mengatasi halusinasi
|
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
NO
|
KLIEN
|
KELUARGA
|
SP1P
|
SPIK
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Mengidentifikasi jenis halusinasi
klien.
Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
Mengidentifikasi waktu halusinasi
klien.
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
klien.
Mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan halusinasi klien.
Mengidentifikasi respon klien terhadap
halusinasi klien.
Mengajarkan klien menghardik
halusinasi.
Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
|
Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan
gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi.
Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi.
|
SP2P
|
SP2K
|
|
1
2
3
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
Melatih klien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam
kegiatan harian klien.
|
Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien dengan halusinasi.
Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada klien halusinasi.
|
SP3P
|
SP3K
|
|
1
2
3
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
Melatih klien mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan.
Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
|
Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planing ).
Menjelaskan follow- uf klien
setelah pulang.
|
SP4P
|
||
1
2
3
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
|
VI. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau
pormatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan
khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011).
Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada perubahan
persepsi sensori : halusinasi yaitu :
1) Klien dapat menbina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenali halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol
halusinasi
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Daftar Pustaka
Maramis,
W.E. 2004. Ilmu Keperawatan Jiwa.
Surabaya : Airlangga
Stuart
dan Sundeen, 1998. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat,
Budi Anna, 1999. Proses Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Towsend,
M.C, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Pada Keperawatan Psikiatri Edisi 3, Jakarta : EGC
Hawari,
Dadang, 2001.Pendekatan Holistik Pada
Gangguan Skizoprenia, Jakarta : FKUI
Stuart
dan Landia. 2001. Principle and Practicew
Of Psychiatric Nursing Edisi 6. St. Louis Mosby Year Book
Hamid,
Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan
Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Depkes RI
No comments:
Post a Comment