BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya meningkatkan kualitas SDM
seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan
merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena
tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Bila
keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang
dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin.
Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi.
Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Masalah gizi yang dialami
ibu hamil seperti kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan kurang yodium
(Mawaddah dan Hardinsyah, 2008).
Kehamilan merupakan permulaan suatu
kehidupan baru suatu periode pertumbuhan. Kondisi kesehatan di masa lampau
sekaligus keadaan kesehatan ibu saat ini merupakan landasan suatu kehidupan
baru (Bobak et al, 2004). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme
energi. Karena itu, kebutuhan energi dan zat gizi lainnya akan meningkat dari
sebelumnya. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Pertambahan besarnya organ kandungan, serta
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak
sempurna (Rahmaniar, 2003).
Kebutuhan nutrisi selama kehamilan
meningkat untuk nutrisi tertentu. Untuk memenuhi tuntutan gizi yang tinggi
selama kehamilan, seorang wanita harus hati-hati dalam membuat pilihan makanan.
Kebutuhan energi bervariasi dengan perkembangan kehamilan. Dalam trimester
pertama, wanita hamil tidak memerlukan energi tambahan, tetapi saat kehamilan
berlanjut, kebutuhan energinya meningkat. Wanita hamil membutuhkan tambahan 340
kalori setiap hari selama trimester kedua dan tambahan 450 kalori setiap hari
selama trimester ketiga (DeBruyne et al, 2008)
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Apabila status
gizi ibu buruk, baik sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR). Selain itu akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terinfeksi, abortus dan sebagainya (Supariasa, 2002).
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena
kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang
berlangsung lama atau menahun (Rahmaniar et al, 2011)..Selanjutnya,
Depkes (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis pada kehamilan telah banyak
diketahui memberikan dampak negatif pada ibu hamil serta kepada janin yang
dikandungnya. Salah satu dampak negatif yang sangat menonjol adalah risiko
kematian ibu saat melahirkan dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Ibu
hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar
terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan
BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, dan pasca persalinan yang sulit
karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga
dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Nutrisi merupakan satu dari banyak
faktor yang ikut mempengaruhi asil akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang membuat nutrisi seorang wanita berisiko,
seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan
yang aneh, dan kondisi kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh pada status
gizi dan pertumbuhan serta perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi
buruk perlu mendapat perawatan khusus (Bobak et al, 2004).
Pendidikan merupakan salah satu
ukuran yang digunakan dalam status sosial ekonomi. Pada perempuan, semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan ibu
(Timmreck, 2005). Dalam penelitian Kartikasari (2012) menyebutkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara
mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan
ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan
ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima informasi
tentang gizi. Orang dengan pendidikan yang tinggi semakin besar peluangnya
untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan pada gilirannya nanti
berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat (Khomsan, 2006).
Selanjutnya Khomsan (2006)
mengatakan bahwa perempuan yang bekerja diluar rumah dan mendapatkan
penghasilan akan meningkatkan pengaruhnya dalam alokasi pendapatan keluarga.
Pendapatan yang berasal dari perempuan berkorelasi erat dengan semakin
membaiknya derajat kesehatan keluarga. Dalam penelitian Hermawan (2006)
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang nyata positif
dengan status gizi ibu hamil. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
pendapatan, maka status gizi ibu hamil semakin baik. Kekurangan gizi bisa
terjadi akibat ketidaktahuan. Seseorang mudah akses pangannya bisa saja memilih
makanan yang kurang atau tidak bergizi karena ketidaktahuannya. Tingkat
pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
pemilihan makanan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan ibu yang baik
mengenai gizi dan kesehatan agar kebutuhan gizi selama hamil bisa terpenuhi
(Mawaddah dan Hardinsyah,2008).
Prevalensi wanita yang mengalami KEK
adalah 15 – 47% di hampir semua negara khususnya negara-negara berkembang
seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand.
Hal ini terjadi karena sebagian besar wanita yang mengalami kekurangan energi
disebabkan kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan
kebutuhan mereka (WHO, 1997). Jika dipertimbangkan dalam perspektif global,
pencegahan kekurangan energi kronis di kalangan perempuan di Negara-negara
berkembang harus diberi prioritas tinggi (Shaheen dan Lindholm, 2006). Di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas (Kemenkes, 2013) prevalensi ibu hamil yang
mengalami KEK sebesar 24,2 %.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik melakukan penelitian untuk melihat hubungan tingkat sosial ekonomi
dengan kejadian kurang energi kronis pada ibu hamil di Kabupaten Bantul,
Kecamatan Sedayu.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a.
Apa itu kekurangan energi kronis (KEK)?
b.
Apa itu etiologi KEK?
c.
Apa itu lingkar lengkar atas?
d.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
kekurangan energi kronik (KEK)?
e.
Bagaimana gizi pada ibu hamil?
f. Bagaimana cara penilaian status gizi ibu hamil?
g. Bagaimana gizi untuk tumbuh kembang janin?
h. Apa Gizi Penting Saat Hamil?
i. Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian KEK?
j. Bagaiman tinjauan kasus dan pembahasan pada
pasien KEK?
1.3. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian Kurang Energi Kronis
(KEK) ibu hamil di Desa Silang jana, Kabupaten Buleleng.
2.
Tujuan Khusus
a.
Pengertian kekurangan energi kronik (KEK)
b.
Pengertian etiologi KEK
c.
Pengertian lingkar lengkar atas
d.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekurangan energi kronik (KEK)?
e.
Pemberian gizi pada ibu hamil
f.
Cara penilaian status gizi ibu hamil
g. Pengertian gizi untuk tumbuh kembang janin
h. Kepentingan gizi saat hamil
i. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
KEK
j. Tinjauan kasus dan pembahasan pada pasien KEK
1.4. Manfaat
1.
Bagi Dinas Kesehatan Buleleng.
Memberikan informasi tentang hubungan
antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian KEK Ibu hamil berdasarkan
pengukuran LILA sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
penanggulangan masalah gizi ibu hamil serta sebagai masukan bagi perencanaan program
gizi dalam penyusunan kebijakkan program gizi yang akan datang.
2.
Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang hubungan
antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian KEK ibu hamil. Khususnya kepada
ibu hamil itu sendiri serta pada perempuan seluruhnya untuk bisa lebih
memperhatikan kesehatannya pada masa kehamilan nanti.
3.
Bagi Peneliti lain.
Menambah wacana dan keilmuan gizi bagi
mahasiswa gizi pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya serta dapat
dijadikan salah satu referensi untuk studi lebih lanjut bagi para peneliti lain
yang tertarik pada masalah KEK pada ibu hamil yang akan datang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Kekurangan
Energi Kronis (KEK)
Kekurangan
Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau
lebih zat gizi (Helena, 2013).
Menurut
Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan dimana
ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS)
dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan
dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk
satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk
melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori
dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau
penyakit kronis lainnya.
2.2 Etiologi
Keadaan
KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau
keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan
digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
Akibat
KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya
yaitu meliputi:
a. Akibat KEK pada
ibu hamil yaitu :
1) Terus menerus merasa letih
2)
Kesemutan
3)
Muka tampak pucat
4)
Kesulitan sewaktu melahirkan
5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi, sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
b. Akibat KEK saat
kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2)
Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR)
3)
Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya
kecerdasaan
anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4)
Kematian bayi (Helena, 2013).
2.3 Lingkar
Lengkar Atas
Jenis
antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis pada wanita usia
subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA). Sasarannya adalah
wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil,
menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK
adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supriasa, 2002).
Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan menggunakan
pengukuran LILA adalah :
1. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
Kekurangan
Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
2. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila
tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa
dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai resiko KEK. Bila remaja putri
menderita resiko KEK segera dirujuk ke Puskesmas/sarana kesehatan lain untuk
mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT.
Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang
beraneka ragam (Supriasa, 2002).
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Menurut
(Djamaliah, 2008) antara lain : jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu
hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga.
Adapun penjelasannya :
1) Jumlah asupan
makanan
Kebutuhan
makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang tidak
hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya
pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk
mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
2) Usia ibu hamil
Semakin
muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang
banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua
perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan
untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik
adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu
hamil akan lebih baik.
3) Beban
kerja/Aktifitas
Aktifitas
dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis
memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja.
Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu
hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain
untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin
yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat
hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsikan
pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit
/infeksi
Malnutrisi
dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan,
menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,
mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan
akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
5) Pengetahuan ibu
tentang Gizi
Pemilihan
makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan
dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa
studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka
pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari
pada yang kurang bergizi.
6) Pendapatan
keluarga
Pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah
tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari
pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan
tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya)
dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan
protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total
pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
7) Pemerkaan
Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
Dalam
memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan ketenaga
kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan
teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk menghindarkan kesulitan
melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat membahayakan
keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya (Sjahmien Moehji, 2003)
2.5 Gizi pada
ibu hamil
Kebutuhan zat gizi
pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Asam folat
Menurut
konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi
menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan
anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun beresiko. Pemberian
suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga
3 bulan pertama kehamilan.
b. Energy
Diet
pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada
susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy ibu hamil
adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh
ibu.
c. Protein
Pembentukan
jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan protein sebesa 910 gram
dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari
untuk ibu hamil.
d. Zat besi (FE)
Pemberian
suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun
cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa darah otot. Kenaikan volume
darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi
yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah
adalah 500 mg.
e. Kalsium
Untuk
pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar
500 mg sehari.
f. Pemberian
suplemen vitamin
Vitamin
D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual dan di negara dengan musim
dingin yang panjang
g. Pemberian
yodium pada daerah dengan endemic kretinisme
(Kusmiyati,
2008)
2.6 Penilaian
Status Gizi Ibu Hamil
a. Berat badan
dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa Tubuh = IMT)
Ibu
hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas
kehamilan, berat bada lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight
meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin
besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
b. Ukuran Lingkar
Lengann Atas (LILA)
Standar
minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa adalah 23,5 cm.
Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interprestasinya adalah Kurang Energi
Kronis (KEK).
c. Kadar
Hemoglobin (Hb)
Ibu
hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia. (Kusmiyati,
2008).
2.7 Gizi Untuk
Tumbuh Kembang Janin
Pada
kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai trimester dua dan
seterusnya, pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat. Sejak menginjak
bulan keempat, umumnya ibu hamil sudah bebas dari gangguan morning sicknes,
sehingga ibu merasakan nafsu makan kembali. Sekalipun demikian pada trimester
ini anda harus mulai memperhatikan komposisi maka yang dikonsumsi (Musbikin,
2008).
2.8 Gizi
Penting Saat Hamil
Kebutuhan
gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester kedua.
Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal lain yang
perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah berpegang pada pola
makan dengan gizi seimbang.
Status
gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan
berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester pertama kenaikan kurang
lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang lebih 3 kg dan pada
trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Sebaiknya
ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi . makanan dengan gizi seimbang
dapat diperoleh dari karbohidrat, dan lemak sebagai sumber tenaga, protein
sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur
(Maulana, 2008).
2.9 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian KEK
2.9.1
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
yaitu :
1). Tahu (know)
Tahu
diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah
dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan,
menyatakan dan sebagainya.
2). Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya Aplikasi dapat diartikan juga sebagai
penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks dan situasi yang lain.
4). Analisis (analysis)
Analisis
diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi untuk suatu objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis
adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk
menyusu suatu formulasi baru dari formula-formula yang ada.
6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi
yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu
materi atau objek Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.
Apabila
penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran , dan sikap yang
positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting),
sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka
tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan
dan kognitif merupakan hal yang Sangat penting Untuk terbentuknya tindakan
seseorang, meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan seseorang, pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang,
pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap sesuatu
hal perilaku yang didasari pengetahuan lebih langsung dari prilaku yang tidak
didasari pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).
Notoatmodjo
(2010) mengatakan pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yaitu indra diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang
baik tentang gizi pada seseorang membuat orang tersebut akan semakin
memperhitungkan jumlah dan jenis makan yang dipilihnya untuk di konsumsi. Orang
yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilah makanan yang menarik
panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan
tersebut. Sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan gizi tinggi cenderung
lebih banyak menggunakan pertimbangan rasioanl dan pengetahuan tentang nilai
gizi makanan tersebut (Helena, 2013)
Pemilihan
makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan
dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga
(Djamilah, 2008).
Ketersediaan
(food availability) yaitu ketersediaan pangan dalam jum;ah yang cukup
aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,
impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini
diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang
dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).
Hasil
penelitian Nora (2013) tentang Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Yang Menderita
Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak
menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup tentang kekurangan
energi kronis (KEK) sebanyak 15 orang (50%), sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 15 orang (50%), dan sebagian besar ibu
hamil yang menderita kekurangan enegi kronik (KEK) memiliki status ekonomi yang
tinggi yaitu sebanyak 18 orang (60%). responden yang menderita kekurangan
energi kronis mempunyai pengetahuan cukup tentang kekurangan energi kronis
dengan tingkat pendidikan tamat SMA dan mempunyai status ekonomi yang tinggi.
tidak semua ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) mempunyai
tingkat pendidikan rendah dan status ekonomi yang rendah juga,Pendidikan adalah
upaya persuatif atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi
masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga perilaku tersebut
diharapkan akan berlangsung lama dan menetap, karena didasari oleh kesadaran
(Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlaq mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.20/2003).
Pendidikan
ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku anak khususnya tanggung jawab dalam
memilih makanan. Ibu yang berperilaku tinggi tidak akan membiasakan diri untuk
berpantang atau tabu terhadap bahan makan yang ada (Helena, 2013).
Tingkat
pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan
akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan rendah akan lebih kuat
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit
untuk menerima pembaharuan di bidang gizi (Helena, 2013).
Dalam
arti sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belaar tentang pangan,
bagaimana tubuh dapat menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan.
Pendidikan gizi mengarah pada perubahan perilaku perbaikan konsumsi pangan dan
status gizi. Perilaku konsumsi memilih dan menggunakan pangan. Perilaku kosumsi
pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses
pendidikan maupun sebagai dampak dari peyebaran informasi (Helena, 2013).
2.9.2
Pendapatan
Pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah
tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari
pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan
tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya)
dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan
protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total
pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan (Djamilah, 2008).
Hasil
penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Penghasilan Keluarga Dan
Budaya Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil didapatkan bahwa
67,2% responden mempunyai pengetahuan yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp.
450.000,-, 50,7% budaya responden baik dan 37,3% mengalami KEK. Didapatkan
kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan, penghasilan dan budaya dengan
kejadian KEK.
Ketersediaan
pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan keamanannya. Ketersediaan
pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart
energy bagi individu agar mampu menjalankan aktifitas sehari-hari (Dinkes
Propsu, 2006).
Upah
Minimum Provinsi (disingkat UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh
kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu Upah Minimum Provinsi dikenal dengan
istilah Upah Minimum Regional Tingkat I. Dasar hukum penetapan UMP adalah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah
Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi Dewan
Pengupahan Provinsi. Untujk daerah Provinsi Aceh upah minimum tahun 2014
sebanyak Rp 1,750,000 (UMP, 2014).
Ekonomi
juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga esehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat
tabungan persalinan, kehamilan dan proses persalinan pun dapat berjalan dengan
baik (Maulana, 2008).
2.9.3
Pemerikaan Kehamilan (ANC)
1. Pengertian ANC
Pelayanan
kesehatan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal
ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan
bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin,
dkk., 2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan
antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
antenatal.
2. Tujuan ANC
Tujuan
Antenatal Care Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil
secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta
morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah
menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum
sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam
antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya
harus sama sehatnya atau lebih sehat;
b. Adanya kelainan
fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan
sehat pula fisik dan metal (Wiknjosastro, 2005)
Tujuan Asuhan
Antenatal yaitu :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu
dan tumbuh kembang bayi
b.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).
Keuntungan
Antenatal Care Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga
ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)
Fungsi Antenatal
Care adalah :
a. Promosi
kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan
kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi
dan menangani masalah yang terjadi. Cara Pelayanan Antenatal Care Cara
pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut
Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan
Pertama
1)
Catat identitas ibu hamil
2)
Catat kehamilan sekarang
3)
Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4)
Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5)
Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6)
Pemeriksaan obstetric
7)
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium,
multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9)
Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal
Kunjungan Ibu Hamil Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat
kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14
minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu
14 – 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu
28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
(Saifudin, dkk.,2002).
Pada setiap
kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
a. Trimester
pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat dan sebagainya
b. Trimester kedua
sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan
darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.
c. Trimester ketiga
antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester
ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang
tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit
(Saifuddin, dkk., 2002)
Tinjauan
Tentang Kunjungan Ibu Hamil Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan
pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak
mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga
sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI,
1997:57).
Pelayanan/asuhan
standar minimal termasuk “7 T”
a.
(Timbang) berat badan
b.
Ukur (Tekanan) darah
c.
Ukur (Tinggi) fundus uteri
d.
Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e.
Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f.
(Tes) terhadap penyakit menular sexual
g.
(Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002)
2.10 Kerangka
Teoritis
Faktor–faktor
yang menyebabkan KEK pada ibu hamil dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor
tidak langsung. Faktor langsung yang meliputi penyakit infeksi dan asupan
makanan, sedangkan faktor tidak langsung meliputi persediaan pangan keluarga,
pendidikan, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, dan pelayanan kesehatan
(Soekirman, 2000).
1. Faktor langsung
a. Penyakit
infeksi
Kekurangan
Energi Kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara berbagai faktor, tetapi
yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik
kualitas maupun kuantitas dan adanya penyakit yang sering diderita. Antara
status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik. Infeksi dapat
mengakibatkan gizi kurang melaui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut
mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang
mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi (Suhardjo, 2002).
Menurut
Pudjiaji (2000) terdapat interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi.
Sebab malnutrisi disertai infeksi, pada umumnya mempunyai konsekuensi yang
lebih besar daripada malnutrisi itu sendiri. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai pengaruh
negative pada daya tahan terhadap infeksi.
Dampak
infeksi terhadap pertumbuhan, seperti menurunnya telah lama diketahui. Keadaan
demikian ini disebabkan oleh hilangnya nafsu makan penderita infeksi. Sehingga
masukan (intake) zat gizi kurang dari kebutuhan.
b. Asupan makanan
Asupan
makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan seseorang yang dapat
diukur dengan jumlah bahan makanan atau energi atau zat gizi. Asupan makan
seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan pangan dalam keluarga.
Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi
setempat. Kegiatan itu meliputi hal-hal seperti : bagaimana pangan dipengaruhi,
apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan dan berapa banyak yang dimakan
(Suhardjo, 2002)
2. Faktor tidak
langsung
a. Ketersediaan
Pangan
Ketersediaan
pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu
gizinya (Depkes, 2010).
b. Pendidikan
Pendidikan
ibu memberi pengaruh terhadap prilaku kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam
memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan memperhatikan
tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi makanan yang ada. Tingkat
pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan
akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih kuat
memperhatankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit
untuk menerima pembaharuan dibidang gizi.
c. Pendapatan
Keluarga
Tingkat
pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga
tersebut. pola pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin
dalam kebiasaan pengeluaran. Pendapat merupakan factor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
d. Pelayanan
Kesehatan
Pelayanan
kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan kelurga terhadap upaya
pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Ketidakterjangkauan pelayanan
kesehatan Pendapatan Jumlah Asupan Makanan Penyakit Infeksi Pelayanan Kesehatan
yang Tidak Memadai Status Gizi Ibu Hamil (Kek) Krisis ekonomi, politik dan
sosial Ketersediaan Pangan Keluarga Kurang Pemberdayaan Wanita dan Keluarga,
Kurang Pemanfaatan Sumber Daya Masyarakat Kurang Pengetahuan, Pendidikan, dan
Keterampilan Masyarakat (karena jauh atau tidak mampu membayar), kurangnya
pendidikan dan pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga
memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat
berdampak juga pada status gizi kesehatan ibu dan anak (Soekirman, 2000).
Status Gizi Ibu Hamil (KEK)
|
Penyakit Infeksi
|
Jumlah Asupan makanan
|
Pendapat
|
Ketersedian
Pangan Keluarga
|
Pelayanan Kesehatan yang
Tidak Memadai
|
Kurang Pengetahuan,
Pendidikan, dan Keterampilan Masyarakat
|
Kurang Pemberdayaan Wanita
dan Keluarga, Kurang Pemanfaatan Sumber Daya Masyarakat
|
DAMPAK
PENYEBAB LANGSUNG
PENYEBAB
T. LANGSUNG MASALAH Di Masyarakat Akar Masalah (Nasional) |
Pengangguran, kurang pangan, dan
kemiskinan
Krisis ekonomi, politik dan
sosial
|
Gambar 2.1
Kerangka Teoritis Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dikutip dari
Soekirman (2000) dan UNICEF (1998).
2.11 Kerangka
Konsep Penelitan
Berdasarkan
uaraian diatas dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel
Independent Variabel
Dependent
PENGETAHUAN
|
PENDAPAT
|
PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
|
KEJADIAN KEKURANGAN
ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL
|
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Kerangka konsep diatas menerangkan
hubungan tingkat pengetahuan, pendapatan dan pemeriksaan kehamilan (Antenatal
Care) terhadap kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS DAN PEMBAHASAN
I.
PENGKAJIAN
A.
IDENTTAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1.
Nama : Ny. D 1.
Nama : Tn. W
2.
Umur : 22 Tahun 2.
Umur : 25 Tahun
3.
Agama : Hindu 3.
Agama : Hindu
4.
Suku Bangsa : Bali/Indonesia 4.
Suku Bangsa : Bali/Indonesia
5.
Pendidkan : SMA 5.
Pendidikan : SMA
6.
Pekerjaan : IRT 6.
Pekerjaan : Swasta
7.
Alamat : Banjar Kajanan, Desa Silangjana
B.
ANAMNESA ( DATA SUBJEKTIF )
Tanggal
: 08 Oktober 2016 Pukul 09.05 WIB
1.
Keluhan utama pada waktu masuk: Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,
dengan keluhan sejak 2 hari yang lalu mual muntah, sering pusing, badan lemas,
nafsu makan kurang dan cepat lelah saat beraktifitas.
2.
Riwayat Menstruasi
a. Menarche :
Ibu mengatakan haid pertama umur 13 tahun
b. Lama : Ibu
mengatakan lamanya 5-7 hari
c. Siklus : Ibu
mengatakan siklus haidnya 29 hari
d. Banyaknya :
Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali sehari
e. Teratur/Tidak
: Ibu mengatakan menstruasinya teratur setiap bulan
f. Sifat Darah :
Ibu mengatakan sifat darahnya encer berwarna merah segar
g. Dismenorhe :
Ibu mengatakan tidak pernah nyeri perut pada saat datang haid
3.
Riwayat hamil ini
a. HPHT
Ibu
mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 04 Juni 2016
b. HPL
15
Agustus 2015
c. Gerakan Janin
Ibu
mengatakan sudah merasakan gerakan janin
d. Vitamin / jamu yang dikomsumsi
Ibu
mengatakan mengkonsumsi vitamin dari bidan
e. Keluhan
keluhan pada
Trimester
I : Ibu mengatakan mual muntah dan pusing
Trimester
II : Ibu mengatakan sering pusing, badan lemas, nafsu
makan
berkurang, dan cepat lelah saat beraktifitas.
f. ANC : 2 kali,
di bidan
g. Penyuluhan
yang pernah didapat
Ibu
mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet Fe di bidan.
h. Imunisasi TT
Ibu
mengatakan pernah imunisasi TT satu kali pada saat sebelum menikah
i. Kekhawatiran
khusus
Ibu
mengatakan cemas dengan kehamilannya
4.
Riwayat penyakit
a. Riwayat
Penyakit Sekarang
Ibu
mengatakan merasakan pusing, badan lemas dan cepat lelah.
b. Riwayat
Penyakit Sistematik
1)
Jantung
Ibu mengataka tidak berdebar debar pada
dada kiri dan tidak mudah lelah saat beraktifitas.
2)
Ginjal
Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit
perut bagian bawah dan tidak merasa
sakit saat berkemih.
3)
Asma
Ibu
mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4)
TBC
Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
5)
Hepatitis
Ibu mengatakan kuku, mata, kulit tidak
terlihat kuning dan urine berwarna kuning.
6)
DM
Ibu mengatakan tidak mudah lapar, haus dan
tidak sering BAK dimalam hari.
7)
Hipertensi
Ibu mengatakan tidak pernah tensinya lebih
dari 140/90 mmHg.
8)
Epilepsi
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan kejang
sampai keluar busa dari mulut.
9)
Lain lain
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit lain
seperti HIV/AIDS atau PMS
c.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarganya ataupun
keluarga suaminya tidak ada riwayat penyakit menurun (hipertensi, DM,
hepatitis) dan menular (hepatitis, TBC)
d.
Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan keluarganya ataupun
keluarga suaminya tidak ada riwayat keturunan kembar.
e.
Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan
operasi apapun.
5.
Riwayat perkawinan
a. Status pernikahan : Sah, Kawin : Satu
kali
b. Kawin I : Umur 21 tahun dengan suami
umur 24 tahun. Lamanya 1 tahun.
6.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi apapun
7.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tidak ada karena pasien hamil
pertama kali
8.
Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
1)
Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi sedang nasi, lauk
tahu, tempe dan sayur. Minum air putih 6-7 gelas sehari
2)
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi kecil dikarenakan
adanya rasa mual dan muntah, menu nasi ½ piring, lauk tahu tempe, dan sayur.
Minum 7-8 gelas sehari
b. Pola
eliminasi
1)
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari. BAK 3- 4 kali sehari
konsistensi feses lembek,warna urine kuning jernih.
2)
Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari. BAK 5- 6 kali sehari
konsistensi feses lembek,warna urine kuning jernih.
c. Aktifitas
1)
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendirian.
2)
Selama hamil : Ibu mengatakan pekerjaan rumah dibantu dengan suami.
d.
Istirahat/Tidur
1)
Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam. Tidur malam ±8-9 jam
2)
Selama hamil : Ibu mengatakan kadang tidur siang ±1 jam. Tidur malam ±7-8 jam.
e. Pola
seksualitas
1)
Sebelum hamil : Ibu mengatakan 2 kali dalam seminggu dan tidak ada keluhan.
2)
Selama hamil : Ibu mengatakan 1 kali dalam seminggu dan tidak ada keluhan.
f. Personal
Hygiene
1)
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
ganti pakaian dalam 2 kali sehari.
2)
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
ganti pakaian dalam 2 kali sehari.
g. Psikososial
budaya
1)
Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan senang dan cemas dengan keadaan
yang dialami.
2)
Kehamilan ini direncanakan/tidak : Ibu mengatakan direncanakan
3)
Jenis kelamin yang diharapkan : Ibu mengatakan laki-laki dan perempuan sama
saja.
4)
Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan sangat mendukung
5)
Keluarga yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal sendiri dengan suami.
6)
Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.
7)
Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan : Ibu mengatakan mitoni pada kehamilan.
h. Penggunaan
obat-obatan/rokok
Ibu mengatakan ibu dan suami tidak
menggunakan obat-obatan dan tidak merokok.
C.
PEMERIKSAAN FISIK ( DATA SUBJEKTIF )
1.
Status Generalis
a.
KU :
Lemah
b.
Kesadaran :
Composmentis
c.
TTV
TD : 100/70 mmHg
R : 24x/menit
N : 80x/menit
S : 36,50C
d.
TB :
154 cm
e.
BB Sebelum hamil : 41 kg
f.
BB Sekarang : 43 kg
g.
LILA :
22 cm
2.
Pemeriksaan Sistematis
a.
Kepala
1) Rambut : Lurus, kusam, tidak rontok
2) Muka :
Tidak oedema, pucat
3) Mata
Oedema :
Tidak oedema
Conjungtiva : Pucat
Sklera :
Putih
4) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada benjolan,
tidak ada sekret
5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
6) Mulut/ gigi / gusi : Bibir kering, tidak ada
stomatitis, tidak ada karies gigi.
b.
Leher
1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar
gondok
2) Tumor : Tidak ada benjolan
3) Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran limfe
4) Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid
c.
Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Membesar : Membesar
b) Tumor : Tidak ada benjolan
c) Simetris : Simetris, kanan dan kiri
d) Areola : Hiperpigmentasi
e) Puting susu : Menonjol
f) Kolostrum : Belum keluar
2) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri
: Tidak
nyeri
d.
Ektremitas
1) Atas :
Lengkap, jari tangan kanan dan kiri
2) Bawah
a) Varices : Tidak ada
b) Oedema : Tidak ada
c) Reflek Patella : Tidak dilakukan
d) Kuku :
Bersih, berwarna merah muda
3.
Pemeriksaan Khusus Obstetri
a.
Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran perut : Sesuai dengan umur
kehamilan
b) Bentuk Perut :
Memanjang
c) Linea Albican / nigra :
Albican
d) Strie Alba / Livide : Alba
e) Kelainan : Tidak ada
f) Pergerakan anak : Sudah ada
2) Palpasi
a) Kontraksi : Tidak ada kontraksi
b) Leopold I
: TFU setinggi pusat, bagian
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
c) Leopold II
Kanan : Teraba
bagian keras memanjang seperti papan (punggung).
Kiri :
Teraba bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
d) Leopold III
: Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan melenting
(kepala).
e) Leopold IV : Bagian terbawah janin
belum masuk panggul.
f) TFU Mc Donald : 24 cm.
g) TBJ :
TFU-12x155 (24-12)x155=1860 gram.
3) Auskultasi
a. DJJ
Puctum maximum : Dibawah pusat sebelah kanan.
Frekuensi : 140 x/menit.
Teratur/tidak : Teratur.
b. Pemeriksaan panggul
1) Kesan Panggul : Normal
2) Distansia spinarum : 23 cm
3) Distansia cristarum : 26 cm
4) Konjugata eksterna : 18 cm
5) Lingkar panggul : 80 cm
c. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varices : Tidak dilakukan.
b) Luka :
Tidak dilakukan.
c) Kemerahan : Tidak dilakukan.
d) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan.
2) Perineum
a) Bekas Luka : Tidak dilakukan.
b) Lain Lain : Tidak dilakukan.
3) Anus
a) Haemorhoid : Tidak dilakukan.
b) Lain Lain : Tidak dilakukan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb :
10 gr%
b. Pemeriksaan Penunjang Lain
Tidak dilakukan
II.
INTEPRETASI DATA
Tanggal: 08 Oktober 2016 Pukul:10.00 WIB
A.
Diagnosa Keperawatan
Ny. D umur 22 tahun, G1P0A0 hamil
25+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung
kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul dengan
Kekurangan Energi Kronis.
Data
Dasar
DS
:
1.
Ibu mengatakan berumur 22 tahun
2.
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama, dan belum pernah keguguran
3.
Ibu mengatakan HPHTnya tanggal 04 Juni 2016.
4.
Ibu mengatakan mengalami keluhan mual muntah, sering pusing sejak 2 hari
yang lalu, badan lemas, nafsu makan kurang
dan cepat lelah saat beraktifitas.
DO
:
1.
KU :
Lemah
2.
Kesadaran :
Composmetis
3.
TTV
TD :
100/70 mmHg R : 24x/menit
N :
80x/menit S : 36,50C
4.
TB :
154 cm
5.
BB Sebelum hamil :
41 kg
6.
BB Sekarang : 43 kg
7.
LILA : 22 cm
8.
Hb :
10 gr%
9.
Inpeksi
a.
Muka : Tidak oedema, pucat
b.
Mata : Tidak ada oedema, conjungtiva
pucat, dan sklera putih.
10.
Palpasi
a.
Kontraksi : Tidak ada kontraksi
b.
Leopold I : TFU setinggi pusat,
bagian fundus terababulat, lunak, tidak melenting (bokong)
c.
Leopold II
Kanan :
Teraba bagian keras memanjang seperti papan (punggung).
Kiri :
Tebaga bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
d.
Leopold III : Bagian terbawah janin
teraba bulat, keras, danmelenting (kepala).
e.
Leopold IV : Bagian terbawah janin
belum masuk panggul.
f.
TFU Mc Donald : 24 cm.
g.
TBJ : TFU-12x155
(24-12)x155=1860 gram.
B.
MASALAH
1. Ibu cemas dengan keadaannya dan
khawatir dengan keadaan bayinya.
2. Ibu kurang pengetahuan tentang gizi
ibu hamil.
C.
KEBUTUHAN
1. Berikan support mental pada ibu.
2. Memberi pengetahuan pada ibu tentang
gizi ibu hamil.
III.
DIAGNOSA POTENSIAL
1. Pada ibu : anemia, perdarahan,
persalinan sulit dan terkena infeksi.
2. Pada bayi : abortus, bayi lahir mati,
cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir rendah.
IV.
PENANGANAN SEGERA
1.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian makan tambahan dan terapi supaya
kebutuhan gizi ibu dan janin tercukupi.
2.
Pemberian tablet besi.
V.
PERENCANAAN
Tanggal: 10 Oktober 2016 Pukul: 10.10 WIB
1.
Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2.
Beri pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan kekurangan energy kronis.
3.
Beri pendidikan tentang gizi ibu hamil.
4.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, yaitu : malam 8 jam dan siang 1-2 jam.
5.
Anjurkan ibu untuk rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
6.
Beri tablet Fe 500 mg 1 x 1, vit C 250 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1 tablet dan
beritahu cara minumnya.
7.
Beri ibu makanan tambahan berupa susu ibu hamil
8.
Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
VI.
PELAKSANAAN
Tanggal : 12 Oktober 2016 Pukul:10.15WIB
1.
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pemeriksaan Lingkar
Lengan Atas = 22 cm dan memberitahu ibu bahwa ibu mengalami Kekurangan Energi
Kronis.
2.
Memberi pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan kekurangan energi kronis,
yaitu keadaan dimana seorang wanita yang kekurangan energi kronis yang sudah
berlangsung lama ata menahun. Untuk dapat mengetahui KEK dpat dilakukan
pengukuran LILA, dan bila LILA kurang dari 23,5 berarti wanita itu mengalami
KEK.
3.
Memberi pendidikan tentang gizi ibu hamil dimana wanita memerlukan berbagai
unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yangdiperlukan dalam kedaan yang
tidak hamil. Pemenuhan gizi pada ibu hamil dengan prinsip menu seimbang yaitu
meliputi karbohidrat (gandum, beras, kentang, singkong), Protein (daging sapi,
ayam, telur, susu, tempe), serat (sayur dan buah-buahan), vitamin (vitamin A,
B, C, dan D, mineral kalsium, Fosfor, Fe), Cairan ( 2,5 – 3 Liter sehari).
4.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, yaitu : malam 8 jam dan siang 1-2 jam dan
mengurangi kerja yang berat seperti mencuci atau ngepel.
5.
Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
6.
Memberi tablet Fe 500 mg 1 x 1, vit C 250 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1 sebanyak
10 tablet. Cara minumnya tablet Fe diminum bersamaan dengan Vit C agar
mempercepat penyerapan dan diminum terpisah dengan Kalk dan juga hindari
diminum bersamaan dengan kopi, teh atau susu.
7.
Beri ibu makanan tambahan berupa susu hamil
8.
Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
VII.
EVALUASI
Tanggal: 15 Oktober 2016 Pukul:10.25 WIB
1.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya
2.
Ibu telah mengerti dan paham tentang pendidikan kesehatan ibu hamil dengan
kekurangan energi kronis.
3.
Ibu telah mengerti dan paham tentang pendidikan kesehatan gizi ibu hamil.
4.
Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan tidak bekerja terlalu berat.
5.
Ibu bersedia untuk rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
6.
Ibu bersedia minum obat yang telah diberikan dengan teratur.
7.
Ibu telah diberikan makanan tambahan berupa susu hamil.
9.
Ibu sudah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu
lagi.
CATATAN
PERKEMBANGAN I
Tanggal: 20 Oktober 2016 Pukul:14.30WIB
S
:
1.
Ibu mengatakan rasa pusingnya sudah berkurang
2.
Ibu mengatakan sudah minum obat yang diberikan bidan.
3.
Ibu mengatakan lemas sudah berkurang
/4. Ibu mengatakan sudah
meminum susu yang diberikan.
5.
Ibu mengatakan sudah makan sesuai menu gizi seimbang 4 x sehari dengan porsi
sedang menu nasi ½ piring, lauk tahu, tempe dan ikan, minum ±7 gelas air putih
dan 1 gelas susu.
6.
Ibu mengatakan cemas dengan keadaan kehamilanya.
O
:
KU :
Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TTV
TD :100/70
mmHg R : 20x/menit
N :
80 x/menit S : 360C
LILA :
22,5 cm
BB :
44 kg
Hb :
11 gr%
Inspeksi
1. Rambut : Kusam, tidak mudah rontok.
2. Muka :
Tidak pucat.
3. Mata :
Conjungtiva merah muda, sklera putih.
Palpasi
1. Kontraksi : Tidak ada kontraksi
2. Leopold I : TFU setinggi pusat, bagian fundus teraba
bulat, lunak,
tidak melenting (bokong)
3. Leopold II
Kanan :Teraba
bagian keras memanjang seperti papan (punggung).
Kiri :
Teraba bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
4. Leopold III :Bagian terbawah janin teraba
bulat, keras, dan
melenting (kepala).
5. Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk panggul.
6. TFU Mc Donald : 25 cm.
7. TBJ :
TFU-12x155 (25-12)x155=2015 gram.
A
:
Ny. D umur 22 tahun, G1P0A0 hamil
26+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung
kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul dengan
Kekurangan Energi Kronis.
P
:
Tanggal: 20 Oktober 2016 Pukul:15.00 WIB
1.
Memberitahu ibu hasil pemerikaan
2.
LILA :
22,5 cm dan memberitahu ibu bahwa ibu masih menderita KEK LILA ibu masih kurang
dari 23,5 cm.
3.
Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan
nutrisi gizi seimbang.
4.
Menganjurkan ibu untuk tetap tidak bekerja yang terlalu berat.
5.
Memberi obat Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250 mg 1 x 1 10 tablet
(masih sisa 3 tablet) dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
6.
Memberi nutrisi susu hamil pada ibu dan ibu bersedia untuk meminum susu
teratur.
7.
Memberiahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
Evaluasi
Tanggal: 20 Oktober 2016 Pukul:15.15 WIB
1.
Ibu dan keluarga telah diberitahu kondisi dan keadaan ibu saat ini
KU : Sedang
TTV
TD : 100/70 mmHg
R : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 360C
LILA : 22,5 cm
2.
Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan nutrisi
gizi seimbang.
3.
Ibu bersedia untuk tetap tidak bekerja yang terlalu berat.
4.
Ibu bersedia umtuk minum obat secara teratur Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x
1, Vit C 250 mg 1 x 1 10 tablet dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
5.
Ibu bersedia untuk memenuhi nutrisinya dengan minum susu hamil dan ibu bersedia
untuk meminum susu teratur.
6.
Ibu telah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
CATATAN
PERKEMBANGAN II
Tanggal: 23 Oktober 2016 Pukul:14.00WIB
S :
1.
Ibu mengatakan rasa pusingnya sudah berkurang
2.
Ibu mengatakan selalu minum obat yang diberikan bidan dengan teratur.
3.
Ibu mengatakan lemas sudah berkurang
4.
Ibu mengatakan sudah meminum susu yang diberikan.
5.
Ibu mengatakan nafsu makanya sudah bertanbah makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang
6.
Ibu mengatakan sudah tidak terlalu cemas dengan kehamilanya.
O
:
KU :
Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TTV
TD :
100/80 mmHg R : 20x/menit
N :
90 x/menit S : 36,50C
LILA :
23 cm
BB :
45 kg
Inspeksi
1. Rambut : Bersih, tidak mudah rontok.
2. Muka :
Tidak pucat.
3. Mata :
Conjungtiva merah muda sklera putih.
Palpasi
1. Kontraksi : Tidak ada kontraksi
2. Leopold I : TFU setinggi pusat, bagian
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
3. Leopold II
Kanan :
Teraba bagian keras memanjang seperti papan (punggung).
Kiri :
Teraba bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
4. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba
bulat, keras, dan melenting (kepala).
5. Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk
panggul.
6. TFU Mc Donald : 26 cm.
7. TBJ :
TFU-12x155 (26-12)x155=2170 gram.
A
:
Ny.D umur 22 tahun, G1P0A0 hamil
27+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung
kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin
belum
masuk panggul dengan Kekurangan Energi Kronis.
P
:
Tanggal: 23 Oktober 2016 Pukul:14.30 WIB
1.
Memberitahu ibu hasil pemerikaan
2.
LILA : 23 cm dan memberitahu ibu bahwa ibu masih menderita KEK LILA ibu masih
kurang dari 23,5 cm.
3.
Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan
nutrisi gizi seimbang.
4.
Menganjurkan ibu untuk selalu memakan makanan tambahan seperti roti, bubur
kacang ijo, dan susu
5.
Mengajarkan ibu cara mengolah masakan yang benar, yaitu memilih sayuran yang
masih segar, kemudian mencuci dengan bersih dan memasaknya jangan terlalu lama
karena vitaminya larut dalam air. Dan memasak daging harus benar-benar matang.
6.
Memberi obat Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250 mg 1 x 1 10 tablet
(masih sisa 6) dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
7.
Memberi nutrisi susu hamil pada ibu dan ibu bersedia untuk meminum susu
teratur.
8.
Memberiahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
Evaluasi
Tanggal: 23 Oktober 2016 Pukul:15.15 WIB
1.
Ibu dan keluarga telah diberitahu kondisi dan keadaan ibu saat ini
KU
:
Sedang
TTV
TD
:
100/80 mmHg R:20x/menit
N
:
90x/menit S:36,50C
LILA
: 23 cm
2.
Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan nutrisi
gizi seimbang.
3.
Ibu bersedia untuk tetap tidak bekerja yang terlalu berat.
4.
Ibu telah mengetahui cara mengolah masakan yang benar dan mau melakukan
sendiri.
5.
Ibu bersedia umtuk minum obat secara teratur Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x
1, Vit C 250 mg 1 x 1 10 tablet dan menganjurkan ibu untuk meminumnya teratur.
6.
Ibu bersedia untuk memenuhi nutrisinya dengan minum susu hamil dan ibu bersedia
untuk meminum susu teratur.
7.
Ibu telah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
CATATAN
PERKEMBANGAN III
Tanggal: 26 Oktober 2016 Pukul:14.30WIB
S
:
1. Ibu mengatakan makan 4 kali sehari
dengan porsi sedang.
2. Ibu mengatakan selalu minum obat
teratur.
3. Ibu mengatakan sudah tidak merasa
cemas lagi.
O
:
KU :
Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD :
100/70 mmHg R : 20x/menit
N :
80 x/menit S : 36,50C
LILA :
23,5 cm
BB :
46 kg
Inspeksi
1. Rambut : Bercahaya, bersih, tidak rontok.
2. Muka :
Bersih
3. Mata :
Conjungtiva merah muda.
Palpasi
1. Kontraksi : Tidak ada kontraksi
2. Leopold I : TFU setinggi pusat, bagian fundus teraba
bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
3. Leopold II
Kanan :
Teraba bagian keras memanjang seperti papan
(punggung).
Kiri :
Teraba bagian kecil-kecil janin (ekstermitas)
4. Leopold III :Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan
Melenting (kepala).
5. Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk panggul.
6. TFU Mc Donald : 27 cm.
7. TBJ :
TFU-12x155 (27-12)x155=2325 gram.
A
:
Ny.D umur 22 tahun, G1P0A0 hamil
28+6 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung
kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul, normal.
P
:
Tanggal: 26 Oktober 2016 Pukul:15.00 WIB
1.
Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu sudah baik dan sudah tidak mengalami
kekurangan energi kronis.
2.
Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya agar berat bayi dan
ibu terus bertambah.
3.
Memberikan tambahan obat pada ibu Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C 250
mg 1 x 1 10 tablet (masih sisa 9), dan memberitahu ibu untuk menghabiskan
obatnya.
4.
Menganjurkan ibu untuk kontrol lagi atau bila ada keluhan.
Evaluasi
Tanggal: 26 Oktober 2016
Pukul:15.15 WIB
1. Ibu sudah mengetahui dengan keadaanya
saat ini.
2. Ibu bersedia untuk selalu memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
3. Ibu bersedia meminum obat teratur.
4. Ibu bersedia untuk kontrol lagi atau
bila ada keluhan.
B.
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari
laporan kasus yang membahas kendala atau hambatan selama melakukan Asuhan
Keperawatan pada klien. Kendala tersebut menyangkut kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus. Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan
pemecahan masalah untuk perbaikan atau masukan demi meningkatkan asuhan
keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. D umur 22 tahun
G1P0A0 dengan Kekurangan Energi Kronis untuk membahas tentang kesenjangan yang
terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak
melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
rencana tindakan, implementasi data, evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut
:
1.
Pengkajian Pada Ny. D
Pengkajin penulis memperoleh data
dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil
wawancara dengan pasien, sedangkan data objektif diperoleh dari hasil
pemeriksaan pasien secara menyeluruh. Berdasarkan data subjektif yang diperoleh
dari Ny. D yaitu Ibu mengatakan datang ke Bidan desa untuk memeriksa kehamilan
yang pertama, dengan keluhan sering pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang
dan cepat lelah saat beraktifitas dan dari hasil pemeriksaan fisik didapat LILA
22 cm, rambut kusam, conjungtiva merah muda, TD 100/70 mmHg, berat badan 43 kg.
Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.
Istilah kurang energi kronis (KEK) merupakan istilah lain dari kurang energi
protein (KEP) yang diperuntukkan pada wanita yang kurus dan lemah akibat kurang
energi yang kronis (WHO). Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik yang ada di lahan.
2.
Interpretasi Data
Dalam interpretasi data diperoleh
diagnosa keperawatan Ny. D umur 22 tahun G1P0A0 hamil 25+6 minggu, janin
tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi
kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul dengan Kekurangan Energi
Kronis. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah ibu merasa cemas, panik dan
takut dengan keadaan kehamilanya disebabkan ibu cepat lelah saat beraktifitas,
pusing, dan nafsu makan yang berkurang. Kebutuhan yang diberikan pada ibu hamil
Ny. D adalah memberikan informasi tentang keadaan kehamilannya yaitu informasi
tentang KEK ( Kekurangan Energi Kronis). Masalah yang muncul pada ibu hamil
dengan kekurangan energy kronis yaitu ibu merasa cemas dengan keadaan
kehamilanya dan ibu merasa kurang pengetahuannya tentang gizi ibu hamil
(Kristiyanasari, 2010). Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik yang ada di lahan.
3.
Diagnosa Potensial
Pada kasus Ny. D dengan kekurangan
energi kronis dapat terjadi diagnosa potensial yaitu resiko dan komplikasi pada
ibu : anemia, perdarahan, persalinan sulit dan terkena infeksi dan pada bayi :
abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir rendah.
Setelah dilakukan penanganan tidak terjadi diagnosa potensial karena adanya
kerja sama yng baik antara petugas kesehatan dengan pasien. Diagnosa potensial
yang dapat ditimbulkan oleh ibu yang kekurangan gizi dapat menyebabkan resiko
dan komplikasi pada ibu antara lain terhadap Ibu : anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena infeksi. Terhadap
Persalinan : persalinan sulit dan lama, persalinan belum waktunya (prematur),
perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung
meningkat. Terhadap Janin : keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, afiksia intra partum, bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kristiyanasari, 2010). Pada
langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik
yang ada di lahan.
4.
Penanganan Segera
Tindakan antisipasi pada ibu hamil Ny.
D dengan kekurangan energi kronis adalah kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian makanan tambahan supaya kebutuhan ibu dan janin terpenuhi, pemberian
tablet besi dan pemberian terapi. Penanganan segera yang dapat dilakukan
pengukuran LILA, meningkatkan makanan yang yang bergizi, makanan cukup dengan
pedoman gizi seimbang, hidup sehat, periksa kehamilan kepada petugas kesehatan
(ANC) teratur (Supariasa,dkk, 2012). Pada langkah ini penulis menemukan
kesenjangan antara teori dengan lahan praktik yaitu pemberian tablet besi
dikarenakan pasien mengalami anemia ringan.
5.
Rencana Tindakan
Dalam langkah perencanaan pada kasus
Ny. D dengan kekurangan energi kronis yaitu beritahu ibu tentang hasil
pemeriksaan, beri pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan kekurangan
energy kronis, beri pendidikan tentang gizi ibu hamil, anjurkan ibu untuk
istirahat cukup, beri terapi obat (Fe 500 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1, Vit C
250 mg 1 x 1), beri ibu makanan tambahan berupa susu ibu hamil, beritahu ibu
akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi. Perencanaanya meliputi : beri ibu
informasi tentang makanan yang cocok dengan ibu hamil, beri pengetahuan pada
ibu tentang zat gizi dalam makanan, pemberian makanan tambahan (Kristiyanasari,
2010), anjurkan ibu untuk ANC teratur, pengukuran LILA, anjurkan ibu makan
makanan yang bergizi (Supriasa, dkk, 2012). Pada langkah ini penulis menemukan
kesenjangan antara teori dengan lahan praktik yaitu pemberian tablet besi
dikarenakan pasien mengalami anemia ringan.
6.
Pelaksanaan
Pada langkah ini pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, pada langkah ini penulis
menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktik yaitu pemberian tablet
besi dikarenakan pasien mengalami anemia ringan.
7.
Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 4 minggu didapatkan : keadaan umum ibu baik, ibu mengerti tentang gizi
yang dibutuhkan ibu hamil, ibu bersedia mebgonsumsi tablet besi, ibu mengerti
tentang makanan tambahan pada ibu hamil, berat badan ibu mengalami kenaikan
dari 43 kg menjadi 46 kg, LILA bertambah dari 22 cm menjadi 23,5 cm, dan ibu
bersedia ANC teratur.
maaf kk.judul refenresi buku nya apa yah
ReplyDelete